Saat pemanasan global terjadi dan iklim di bumi menjadi lebih hangat, para ilmuan memprediksi bahwa banyak orang akan meninggal karena gelombang panas seperti yang terjadi pada musim panas di Eropa pada tahun 2003 dimana 35.000 orang meninggal dunia. Selain itu, iklim yang hangat ini membuat wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis semakin meluas dan kemugkinan dapat berpindah tempat ke daerah yang dulunya dingin dan subtropis seperti di Eropa dan Amerika. Wabah penyakit yang diakibatkan nyamuk ini adalah malaria atau demam berdarah. Diperkirakan saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah yang biasa terjadi wabah malaria. Jika iklim di bumi semakin menghangat, presentase itu akan meningkat menjadi 60 persen.
Malaria sendiri adalah penyakit yang disebabkan oleh nyamuk pembawa parasit malaria yang disebut protozoan dari genus Plasmodium. Ciri-cirinya biasanya tubuh yang dijangkiti penyakit malaria ini akan mengalami demam yang tinggi, koma, dan dalam kasus yang fatal bisa mengakibatkan kematian . Biasanya parasit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk betina yang 60% adalah nyamuk jenis anopheles. Biasanya nyamuk ini menyerang manusia pada malam hari dan menjadi wabah yang sangat menakutkan pada musim hujan saat mereka mulai berreproduksi dan membutuhkan darah merah yang kaya protein untuk memberi makan kepada telur-telurnya.
Malaria ini menjadi endemik di 106 negara dan mengancam sebagian besar populasi penduduk dunia, terutama di negara berkembang seperti di Asia dan Afrika. Yang paling mengkhawatirkan adalah parasit ini sudah tidak mempan lagi disembuhkan dengan berbagai macam obat dan sangat susah dikontrol penyebarannya. Negara yang paling parah terkena wabah malaria ini adalah Zambia. Di Zambia, ada empat jenis Malaria yang sangat berbahaya karena langsung menyerang otak manusia, sehingga menyebabkan 20 persen dari semua bayi di Zambia tidak bisa hidup lebih dari usia lima tahun. Di Indonesia, penyakit malaria ini sering mewabah di Sumatera dan Irian Jaya yang menjadi sangat rawan terhadap endemik malaria. Saat suhu rata-rata di Sumatera dan di Irian Jaya naik diantara 25o sampai 27o celcius, suhu tersebut merupakan suhu ideal bagi perkembangbiakan nyamuk malaria.
Wabah demam berdarah juga akan melanda di seluruh dunia saat iklim menjadi lebih hangat, terutama di Amerika dan di daerah tropis. Saat curah hujan mulai meningkat dan hampir semua daerah di seluruh belahan bumi ini menjadi lebih hangat, penyebaran penyakit demam berdarah akan semakin meluas. Menurut Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) dari PBB, 3,5 milyar orang di tahun 2085 berresiko terkena penyakit demam berdarah. Penyakit demam berdarah ini biasanya ditularkan lewat nyamuk Aedes aegypti. Di Indonesia, penyakit demam berdarah adalah salah satu wabah penyakit yang paling mematikan dan terjadi setiap tahun saat musim hujan tiba, biasanya penderita penyakit demam berdarah ini adalah orang yang tinggal di perkampungan kumuh yang padat penduduk dan setidaknya berada di pinggir sungai. Jika pemanasan global ini terjadi, maka wabah demam berdarah akan meluas ke seluruh Indonesia.
Selain penyakit malaria dan demam berdarah, banyak ilmuan meramalkan akan muncul berbagai penyakit baru yang tidak diketahui sebelumnya dan belum ada obatnya seperti SARS, flu burung, Avian malaria, berbagai macam flu yang mematikan, atau bahkan ebola.
Jika berbagai macam wabah penyakit ini muncul secara mendadak seperti yang terjadi pada tahun 1918 dimana epedimik flu telah mengakibatkan 40 juta orang meninggal, maka sebagian populasi penduduk dunia akan terancam. Apalagi di era globalisasi saat ini dimana orang bisa berpindah tempat dari satu negara ke negara lain tanpa mengenal ruang dan waktu, maka penyebaran berbagai macam wabah penyakit akan sangat sulit untuk ditanggulangi lagi dan mampu diisolasi di satu tempat saja.
Dadang Rusbiantoro
Peningkatan Malaria, Dampak Pemanasan Global, Efek Global Warming